fiction

Ikrar Sang Pembunuh (2)

Mencoba menulis lagi setelah sekian lama vakum.

Semoga bisa dinikmati! ❤

3a4b758fd54dad491babc9b7ca8bde6b.jpg

cp: clara lieu

Sisa darah masih melekat di tangan, menguap bau yang tak terkira busuknya ketika semilir angin sesekali menghampiri. Mual perutnya, tapi lidah pun menolak bahkan untuk melenguh. Perhatian dialihkan dari tangannya, lantas ia jadikan langit sebagai sasaran kekesalan ketika matanya menatap garang pada bentangan luas di atas sana. Tak ada bintang. Tak ada bulan. Awan hitam sedang berkuasa, simpulnya.

Hitam pekat di atas sana justru menguatkan kembali ingatannya akan tangis para wanita yang ia bekuk dengan simpul tali yang dipelajarinya semasa menjadi anggota pramuka. Sudah benarkah keputusannya? Dimana gerangan sang malaikat yang semestinya menghentikan tindak celanya? Oh, terlalu banyak hal yang dipertanyakannya hingga syaraf-syaraf halusnya mulai melakukan pergolakan hebat dan jadilah kepalanya pening untuk beberapa saat hingga ia tak sadar jika air tergenang di pelupuk matanya.

Continue reading “Ikrar Sang Pembunuh (2)”

fiction

Ikrar Sang Pembunuh

Ikrar Sang Pembunuh

@nurahboram

ikrarsangpembunuh

credit image: extension.org


Kaul sudah ia tetapkan: tidak akan ada siang yang terbuang percuma lagi. Di penghujung senja menjemput ia berjanji: wajahnya takkan lagi basah oleh air mata. Sayangnya, ikrar justru sekedar ucap saja. Terlalu banyak janji yang diingkar, hingga waktu tak lagi jadi kawan baik untuknya. Siang jadi musuh, malam pun selalu siap menjadi bumerang yang menghancurkan benteng pertahanan terakhirnya. Hingga sia-sia saja ia berusaha tegar, merapalkan mantra-mantra penguat hati yang dipikirnya bisa melalap habis luka.

Kecuali penyesalan, ia yakin tak ada yang berani menyentuh sanubarinya. Terlalu munafik untuk ditampik jika ia telah menghabiskan berpuluh tahun bersama luka. Continue reading “Ikrar Sang Pembunuh”

architecture

Rumah Sakit Jiwa atau Panti Rehabilitasi.

nah!

Dryuliskandar's Weblog

. . . . . .penampungan dengan maksud mengasingkan daripada pergaulan masyarakat umum, suatu sikap yang sebetulnya agak sangat berlainan dengan ikhtiar logic . . .Tempat penampungan itu dapat berupa Rumah Sakit Jiwa, atau namanya bisa panti rehabilitasi. Tak ada instansi manapun yang memeriksa kelayakan panti-panti itu.
dan seterusnya di :
http://dryuliskandar.wordpress.com/2008/12/24/psikiatri-kusumanto-yul-iskandar-4/

Psikiatri Kusumanto-Yul Iskandar (4)

 

Empat Dasa Warsa Pendekatan Eklektik-Holistik di bidang Kedokteran Jiwa (Psikiatri) (1966-2006), dan Terapi Gangguan Skizofrenia.

Oleh

R. Kusumanto Setyonegoro.,MD.,SpKJ., PhD

psikiater,

mantan Guru besar psikiatri FKUI, Jkt

mantan Direktur Kesehatan Jiwa, Depkes RI                 

dan

 Yul Iskandar,MD., SpKJ., PhD

Direktur Institute for Cognitive Research.

 

Catatan.

Tulisan  adalah diambil dari Disertasi Kusumanto Setyonegoro (1966), dan   pendapat Yul Iskandar (2006)  terhadap tesis itu,  buku ini sedianya akan diterbitkan atas persetujuan Prof. Kusumanto pada tahun 2006,  dengan judul diatas,  akan tetapi karena pada tahun itu  terjadi 

View original post 1,600 more words

fiction

Prasangka

ceritanya lagi proses move on dari fanfiction trus belajar bikin fiksi original lagi XD

 

Kukira jantungku hampir meledak ketika kata deadline terus saja terngiang di kepalaku. Catatan keuangan yang sudah rampung sejak kemarin menghilang. Ingatanku masih segar betul, tak menyangka sama sekali jika buku bersampul merah itu menghilang dari mejaku. Di saat genting begini, prasangka mulai bermain, menduga penyebab lenyapnya buku itu.

Lim, asisten tidak becus itu pastilah dalangnya. Ia pasti menaruh dendam padaku atas perintah-perintahku. Continue reading “Prasangka”

fanfic, Uncategorized

The Real Hero

The Real Hero

 
~ Another Story of Embraces of the Devil ~
 

“You will never be happy if you continue to search for what happiness consists of.” ― Albert Camus

“People are just as happy as they make up their minds to be.” – Abraham Lincoln

 hmjmGQtL

Pening di kepalanya makin menjadi. Sementara tubuhnya kehilangan tenaga, justru pandangannya masih juga begitu cerah. Ulah black coffee itu, cercanya. Setengah hati Dokter Lee meneruskan jejak tiap kalimat dalam dokumen berlabel kuning itu. Punggungnya bersandar pada sofa yang biasanya diperuntukkan bagi para pasien. Tak cukup semenit, ia menyerah pada keluhan fisiknya yang mendambakan istirahat, kemudian memutuskan untuk menambah suplai tenaga di kafe rumah sakit yang buka seharian penuh. Continue reading “The Real Hero”

fanfic

Dream

Seharusnya ia tahu, peristiwa ini tidak akan terjadi padanya jika saja ia tetap memilih menjadi citizen yang tak dikenal. Sayangnya, waktu tak bisa diputar kembali dan Taemin harus terjebak dalam siksaan yang tentu bukan ia saja yang mengalaminya. Ratusan anak seumurannya mungkin menderita jauh lebih buruk darinya. Tak jarang ia menemukan satu dua anak yang diberitakan memilih jalah terburuk untuk mengakhiri penderitaan mereka: Bunuh diri. Taemin berkali-kali memikirkan hal yang sama, tapi mengingat luka yang akan ia tinggalkan, akal sehat memerintahkannya untuk bertahan.

Ia harus mengelus perutnya berkali-kali hingga memutuskan tak mengikuti pelajaran selanjutnya, karena ia tak akan bisa mengontrol ekspresi saat nyerinya makin memburuk. Dan lagi, ia tak bisa menemukan alasan jika saja songsaenim menanyakan sebab sakit perutnya. Atau yang lebih penting, ia tak bisa berbohong. Sisi relijiusnya menolak untuk satu perbuatan tercela itu.

Kembali ke rumah juga pilihan buruk. Orang tuanya akan cepat menyadari kejanggalan pada putra bungsunya, terutama Taesun. Lelaki itu terlalu mengenal dirinya, dan ia akan mendapat siksaan selanjutnya. Bukan secara fisik sebenarnya, jauh lebih buruk dari itu. Ia akan didiamkan selama berjam-jam berikutnya hingga ia berjanji akan menceritakan segalanya pada appa eomma, meski sampai sekarang ia tidak benar-benar melakukannya.

Tapi, pilihannya tidak banyak kali ini. Ia terlanjur rindu pada penganan buatan sang ibu, terlebih pada anjing peliharaannya. Maka diputuskannya kembali ke dorm, setahunya keempat hyung sedang disibukkan oleh jadwal yang ditetapkan sang manager. Ia pun tak perlu berurusan dengan pertanyaan persoalan membolosnya.

Taemin akan melewati beberapa jam selanjutnya bermanja dengan lembutnya bantal yang sudah diabaikannya selama berminggu-minggu ini dihabiskan di ruang latihan, lalu memesan taksi dan menikmati tidur selanjutnya di balik kursi pengemudi. Ya, ia memang harus melakukannya mengingat dua minggu lagi ia harus kembali ke stage, menghadiri acara reality show untuk mendongkrak promosi lagu terbaru mereka yang berarti masa tidurnya harus dikorbankan lagi. Continue reading “Dream”

fanfic

Kite

KITE

~Another Story of Save Me~

Di masanya, ia pernah takluk dalam hasrat para bocah yang sengaja saja membiarkan dirinya dipermainkan angin. Bsa jadi juluran ranting yang akan menghentikan laju terbangnya atau bentangan kabel pengantar listrik, atau justu mimpi terburuknya ketika tali pengikatnya harus putus dan ia tak akan bertemu dengan tuannya. Sesekali ia berharap semoga saja terselamatkan dari siksaan tamparan udara bergerak itu, yang terkadang dalam cuaca yang tidak begitu bersahabat lantas ia menemui tubuhnya harus robek di sana sini. Dan pada akhirnya ia hanya tetap menjadi komoditas, patuh pada sang tuan ketika masih menyibakkan keanggunannya dalam terpaan angin, dan tak ayal menjadi seharga sampah-sampah kala kerangkanya melumpuh dikalahkan sang angin. Continue reading “Kite”